Rabu, 28 Desember 2016

Essay

GENCANGKAN PENDIDIKAN BAHASA MENUJU TEREALISASINYA BAHASA INDONESIA MENJADI BAHASA DUNIA  TAHUN 2045
Lina Dwi Puryanti
Semester III Bimbingan dan Konseling Islam
Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Purwokerto

Berbicara tentang bahasa[1] adalah berbicara tetang kebudayaan[2]. Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, dilihat dari macam bahasa yang ada di Indonesia saja sudah tak terhitung jumlahnya karena setiap daerah pasti memiliki bahasa khas masing-masing. Sementara itu, semboyan bangsa Indonesia yakni Bhineka Tunggal Ika yang artinya “walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu” merupakan cerminan dari masyarakat itu sendiri. Dari banyaknya perbedaan bahasa setiap daerah, namun masyarakat Indonesia mengakui adanya bahasa persatuan seperti yang telah diikrarkan  pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928 silam yang berbunyi;
Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mengakoe bertoempah darah satoe,
Tanah air Indonesia
Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mengakoe berbangsa satoe,
Bangsa Indonesia
Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mendjoendjoeng bahasa pesatoean,
Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memang tidak sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Desa atau masyarakat yang masih kental dengan budayanya. Namun, bahasa Indonesia menjadi bahasa penghubung antarsuku dan menjadi bahasa resmi dalam menjalankan tugas-tugas pembangunan, lingkup pendidikan misalnya. Namun di era modern ini, bahasa Indonesia khususnya di dunia pendidikan mulai tergantikan oleh bahasa Inggris yang telah diakui menjadi bahasa Internaional. Hal ini menyebabkan penggunaan bahasa Indonesia terancam sedikit penggunaanya. Ini menjadi menarik untuk dikaji, mengingat sebenarnya bahasa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi bahasa Internasional. Melalui essay ini, tujuan penulis adalah untuk menganalisis potensi bahasa Indonesia sekaligus memberi jawaban atas permasalahan tersebut.
Syarat bahasa menjadi bahasa internasional
Menurut Robert Phillipson dalam buku Linguisstic Imperalism, alasan bahasa Inggris menjadi bahasa dunia adalah sebagai berikut:[3]
1.    Penggunaan bahasa Inggris meningkat drastis
2.    Adanya standarisasi bahasa Inggris di negara yang bahasa Nasionalnya bukan bahasa Inggris, tetapi bahasa Inggris digunakan sebagai alat komunikiasi di lingkungan pendidikan dan pemerintahan, seperti di Nigiria dan Singapura
3.    Bahasa Inggris merupakan bahasa penghubung utama dalam perdagangan, politik, ilmu pengetahuan, teknologi, aliensi militer, hiburan dan turisme, terutama di daerah Afrika dan Asia
Potensi bahasa Indonesia
Di tengah derasnya arus globalilsasi, ternyata banyak negara yang berminat untuk mempelajari bahasa Indonesia. Sampai saat ini, terdapat 174 pusat pembelajaran bahasa Indonesi yang tersebar di 45 negara. Di Jepang adalah negara terbanyak yang mempelajarinya yakni ada 38 tempat belajar, sementara di Australia ada 36 tempat belajar. Dengan banyaknya minat negara lain terhadap bahasa Indonesia membuktikan bahwa Identitas negara Indonesia cukup diakui oleh dunia. Saat ini indonesia memiliki 90.000 kosakata dalam bahasa Indonesia, dan target di tahun 2019, kosakata akan mencapai 200.000.[4]
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sederhana, mudah dipelajari dan tidak rumit. Namun, kesederhanaan dan ketidakrumitan bangsanya tidak mengurangi fungsi bahasa Indonesia dalam pergaulan antarbangsa di dunia. Terbukti bahasa Indonesia mampu digunakan untuk menyampaikan pikiran-pikiran yang rumit dalam ilmu pengetahuan dengan jelas, jernih, teratur, dan tepat. Hal ini menunjukkan bahwa di era globalisasi ini bahasa Indonesia mampu menjadi ciri budaya Indonesia yang dapat diandalkan. Bahkan saat ini bahasa Indonesia menjadi bahan pembelajaran di negara asing seperti Australia, Belanda, Jepang, Amerika Serikat, Inggris, dan Korea Selatan.[5]
Singkat penulis, ternyata indonesia memiliki potensi bahasa Indonesia menjadi bahasa dunia. Tetapi, menilik keadaan masyarakat Indonesia saat ini   khususnya di lingkup pendidikan. Kebanyakan mahasiswa lebih bangga berbicara ataupun pandai berbahasa asing. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya kecintaan pelajar atau mahasiswa terhadap bahasa nasional.  Ini perlu dikritisi bahwa seharusnya sebagai orang yang terdidik harus memiliki rasa kecintaan yang lebih terhadap bahasa nasionalnya sendiri.
Agen of change
Perlu adanya gerakan perubahan untuk mengubah mindset para pelajar yang demikian untuk mendukung terealisasinya bahasa Indonesia menjadi bahasa dunia. Yang perlu dilakukan adalah dengan mengubah kurikulum pendidikan yakni setiap semester diwajibkan mengambil mata kuliah bahasa Indonesia. Dengan demikian maka tentu setiap pelajar bisa lebih mendalami bahasa Indonesia sesuai dengan EYD, kemudian diharapkan hal tersebut bisa menambah rasa nasionalisme pelajar atau mahasiswa terutama kecintaan terhadap bahasa Indonesia. selain itu tentu dapat menekan penggunaan bahasa Asing di lingkungan pendidikan tersebut dan penggunaan bahasa Indonesia sesuai EYD dapat meningkat. Hal tersebut tentu dapat mendukung terealisasinya bahasa Indonesia menjadi bahasa dunia.


DAFTAR PUSTAKA
Muslich, Manur dan Ngurah Oka, I Gusti. 2012. Perencanaan Bahasa di Era Globalisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara

Supartono. 2004. Ilmu Budaya Dasar. cet 4. Bogor Selatan: Penerbit Ghalia Indonesia

Chris Jenks, Chris. 2013. Culture: Studi Kebudayaaan. trj. Erika Setyawati. cet 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Samsuri. 1994. Analisis Bahasa. Jakarta: Penerbit Erlangga




















[1] Bahasa merupakan suatu tanda yang jelas dari kepribadian keluarga maupun bangsa dan merupakan tanda yang jelas dari budi kemanusiaan, yang baik maupun yang buruk. Samsuri, Analisis Bahasa, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1994), p. 4. Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya Supartono disebutkan bahwa bahasa Indonesia sebagai pemberi identitas dan berfungsi sebagai wahana komunikasi dan penguat solidaritas nasional. Supartono, Ilmu Budaya Dasar, cet 4, (Bogor Selatan: Penerbit Ghalia Indonesia, 2004), p. 43-44.
[2] Kebudayaan dipandang sebagai sekumpulan besar karya seni dan karya intelektual di dalam suatu masyarakat tertentu: ini adalaah penggunaan sehari-hari untuk istilah ‘kebudayaan’. Chris Jenks, Culture: Studi Kebudayaaan, trj. Erika Setyawati, cet 1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), p. 10.
[5] Lihat Manur Muslich dan I Gusti Ngurah Oka, Perencanaan Bahasa di Era Globalisasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012) p. 57

KISAH INSPIRATIF

MENGGAPAI ASA DENGAN MENGENAL TUHAN BERSAMA BIDIKMISI
Lina Dwi Puryanti
Semester III Bimbingan dan Konseling Islam
Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Purwokerto
Email: dwilinapwt@gmail.com

Terlahir di Desa Purwadadi, Karangkobar Banjarnegara 1998, perempuan bernama Lina Dwi Puryanti mungkin masih asing terdengar ditelinga kita. Tercatat sebagai mahasiswa bidikmisi IAIN Purwokerto nampaknya memiliki pengaruh yang cukup besar dalam dunia pendidikan bahkan cara berfikirnya. Sejak kecil, perempuan yang terlahir dari keluarga sederhana itu sudah dibiasakan hidup serba pas-pasan hingga memaksanya untuk membuat usaha kecil-kecilan, saat SMP dia jualan pulpen, buku tulis dan alat tulis lainnya, saat SMK jualan pulsa, bros, jepit dan roti bahkan beberapa kali di sela-sela liburan sekolahnyaa disempatkan bekerja di suatu perusahaan makanan di Purbalingga waktu itu. 

Dia memang tergolong cukup aktif di berbagai kegiatan di sekolahnya seperti OSIS, pramuka, jurnalistik, paduan suara, dan vocal group. Nampaknya perjalanan jauh dari tempat tinggalnya yang mengharuskan jalan kaki sejauh 3 km menuju sekolahnya tidak menjadi beban baginya. Meski sesekali sempat menangis kesal sendiri di tengah perjalanannya karena sakit, hujan, takut telat atau karena merasa tidak ada yang peduli dengan nasibnya itu. Dia memang tergolong anak yang cengeng, kadang-kadang menangis juga ketika dimarahi orangtuanya karena kepergok jam 02:00 pagi masih belajar. 

Singkat cerita, Lina adalah seorang yang sangat pekerja keras dalam menempuh pendidikannya mulai dari SMP hingga saat ini ia tercatat sebagai mahasiswa Bimbingaan dan Konseling Islam IAIN Purwokerto. Ternyata bukan hal yang mudah bagi sosok Lina dalam mendapat beasiswa Bidikmisi. Dia memang ingin sekali bisa menjadi sarjana karena baginya saat itu tentu akan mudah membantu meningkatkan perekonomian keluarganya setelah menjadi seorang sarjana. 
Awal cerita, hanya modal nekat yang menjadi bekal dia untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan dengan tekad yang kuat dia berusaha mendaftar di berbagai Universitas. Al hasil, dari 6 perguruan tinggi dengan 12 kali mendaftar dan 6 kali mengikuti ujian tertulis hanya dua yang diterima hingga akhirnya dia memilih di IAIN Purwokerto. Perjalannya itu tidak semudah yang dibayangkan. Dia harus bolak balik sendiri dari Purbalingga-Banjarnegara-Yogyakarta atau Purbalingga-Banjarnegara-Purwokerto untuk mengikuti ujian tulis karena saat itu dia sambil bekerja untuk meringankan beban orang tua dalam usahnya mendaftar perguruan tinggi. Setelah dinyatakan diterima di IAIN Purwokerto, ternyata itu bukan akhir dari perjalanan perjuangannya. Dia harus memutar otak bagaimana dia harus mendapatkan beasiswa karena seperti yang penulis katakan bahwa dia masuk perguruan tinggi hanya modal nekat dan tekad yang kuat saja. 
Di tengah perjuangannya, ternyata tak semulus yang dia bayangkan. Banyak keluarga yang kurang mendukung dia untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dengan alasan yang cukup membuatnya merasa sakit hati. Pamannya berkata kepadanya “buat apa kuliah kalo ujung-ujungnya perempuan ya jadi Ibu rumahtangga, lulus langsung nikah ya percumah”, dilanjutkan oleh kakak simbah berkata “lah masa iya mau kuliah, kakaknya saja lulus MA langsung nikah. Paling-paling dia juga gitu”, ditambah lagi oleh tetangga-tetangganya banyak yang berkata “percumah kuliah kalo ujung-ujungnya nganggur seperti yang sudah-sudah” ada juga yang berkata “apa iya seorang penjual tempe mampu membiayainya?”. Walaupun banyak juga yang tidak mendukung dia, itu tidak dijadikan dia untuk berputus asa, palah itu menjadikan dia semakin bersemangat untuk membuktikan kepada mereka bahwa dia tidak seperti yang mereka katakan. Hingga pada akhirnya perjuangannyapun terjawab oleh Tuhan, dia mendapat Beasiswa Bidikmisi hingga mampu bertahan melanjutakan kuliah hingga saat ini. 

Sejauh perjalanannya di dunia pendidikaan dari SD hingga SMK dia merasa hambar oleh kasih sayang Tuhannya yakni Allah SWT, karena dia sendiri merasa tidak dekat dengan-Nya. Bagaimana bisa dekat? Sedangkan waktunya hanya disibukkan untuk mencari pengalaman dan pengetahuan tanpa melibatkan sang pencipta dalam usahanya? Mencari kebahagiaan tanpa melibatkan Sang Pemilik Kebahagiaan dalam usahanya? Shalat hanya sekedar shalat, puasa sekedar puasa, meminta sekedar meminta, tidak meniatkan segala sesuatu karenaNya dan tidak pernah mengagungkan-Nya. 

Saat ini dia tinggal di Pondok Pesantren Al Qur’an Al Amin Pabuwaran, dia baru menyadari bahwa selama ini mengapa dia begitu kesusahan dalam menggapai mimpinya? itu karena dia tidak dekat bahkan tidak mengenal Tuhannya sendiri. Dia juga baru menyadari bahwa kebahagiaan hakiki tidak akan pernah dimiliki seseorang manakala dia tidak mengenal dirinya dan Tuhannya. Menjadi mahasiwa IAIN Purwokerto telah mengantarkannya kepada ranah itu dan menurutnya menjadi mahasiswa bidikmisi adalah salah satu cara-Nya agar dia mampu istiqomah untuk selalu berusaha mengenal dan mengingat-Nya dalam segala aktifitas. Saat ini dia juga begitu yakin bahwa ketika melakukan segala sesuatu di jalan-Nya dengan cara yang benar dan meniatkan semat-mata hanya karena-Nya maka Allah akan senantiasa memudahkan setiap langkah kita, termasuk menuju suatu kesuksesan dan kebahagiaan hakiki. 

Semangat Berjuang dan Salam Prestasi !!!

Minggu, 11 Desember 2016

Dakwah Nabi SAW

METODE DAKWAH NABI SAW


A.      Periodisasi Dakwah Nabi SAW
Secara umum, periode dakwah Nabi Saw dibagi menjadi dua yaitu:
1.      Periode Makkah (pra hijrah)
Periode Makkah merupakan masa pembinaan dan pemantaban ke dalam penyusunan kekuatan dakwah, diamana dakwah dilakukan secara lisan dan banyak diarahkan kepada keluarga Nabi dan warga suku beliau. Sementara materi-materi dakwah banyak menitikberatkan masalah aqidah dan keimanan ndimana ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan pada periode ini umumnya juga berkisar tentang masalah tersebut.
2.      Periode Madinah (pasca hijrah)
Periode Madinah merupakan periode pembentukan masyarakat islami, yaitu masyarakat yang menerapkan ajaran-ajaran dan sistem islam meskipun di antara warganya terdapat orang-orang yang bukan muslim. Materi dakwah pada periode ini berkisar tentang masalah-masalah kemasyarakatan dan kenegaraan, dimana ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan juga berkaitan dengan masalah-masalah tersebut. Dan pada periode inilah dakwah islam sebagai suatu kekuatan yang terorganisir dimulai.
B.       Kode Etik Dakwah Nabi SAW
Karena dakwah merupakan upaya untuk mempengaruhi orang lain, maka agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan baik bagi da’i (juru dakwah) sendiri maupun pihak-pihak yang didakwahi, dakwah Nabi mengenal adanya ‘aturan-aturan permainan’ yang dikenal dengan etika dakwah atau kode etik dakwah.
Sebenarnya, secara umum etika dakwah adalah etika islam itu sendiri, dimana seorang da’i sebagai seorang muslim dituntut untuk memiliki etika-etika terpuji dan menjauhkan diri dari perilaku-perilaku tercela. Etika-etika dakwah yang dicontohkan Rosululloh adalah sebagai berikut:
1.      Tidak memisahkan antara ucapan dan perbuatan
2.      Tidak melakukan toleransi Agama
3.      Tidak mencerca sesembahan lawan
4.      Tidak melakukan diskriminasi
5.      Tidak memungut imbalan
6.      Tidak mengawani pelaku maksiat
7.      Tidak menyampaikan hal-hal yang tidak diketahui
C.      Karakteristik Dakwah Nabi SAW
من راى منكم منكرا فليغيره بيده فان لم يستطع فبلسا نه فان لم يستطع فبقلبه وذلكاضعف الايمان (الحديث)
“Barangsiapa di antara kamu melihat terjadinya kemungkaran, hendaklah kamu cegah dengan tangan; apabila tidak sanggup dengan tangan, hendaklah dengan lidah; dan apabila tidak sanggup dengan lidah, cegahlah dengan hati; tetapi yang terakhir ini adalah selemah-lemahnya iman.”(HR Muslim)
Dari hadits diatas menjelaskan bahwa dalam berdakwah, Nabi Saw mengajarkan berdakwah yang pertama adalah menggunakan tangan (kekuasaan), jika tidak mampu maka menggunakan lisan (perkataan), jika tidak mampu maka menggunakan hati. Tapi itu adalah selemah-lemahnya iman. Selain itu, Nabi Saw dalam berdakwah mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.      Memberi peringatan (al-Indzar)
Al-Indzar adalah penyampaian dakwah dimana isinya berupa peringatan terhadap manusia tentang adanya kehidupan akhirat dengan segala konsekuensinya. Al-Indzar sering dibarengi dengan ancaman hukuman bagi orang-orang yang tidak mengindahkan perintah Allah dan rosulNya.
2.      Menggembirakan (al-Tabsyir)
Al-Tabsyir adalah penyampaian dakwah yang berisi kabar yang menggembirakan bagi orang-orang yang mengikuti dakwah.
3.      Kasih sayang dan lemah lembut
Sikap kasih sayang dan lemah lembut dilakukan oleh Nabi terutama apabila beliau menghadapi orang-orang yang tingkat budayanya masih rendah.
انرسول الله عليه وسلمم قال يا عا ئشة : ان الله رفيق يعب الرفق ويعطي على الرفق ما لا يعطي على العنف وما لا يعطي على ما سواهو (رواه مسلم)
“Sesungguhnya Allah Maha lembut, mencintai kelembutan, dia memberikan kepada yang lembut apa yang tidak diberikan kepada yang kasar”
4.      Memberikan kemudahan (al-Taisir)
Adapun hadits mengenai memberi kemudahan adalah sebagai berikut:
وقال النبي صلى الله عليه وعلى اله وسلم وهو يبعث الناس: يسرواولاتعسروا وبشرواولا تنفروا فانمابعثتم ميسرين ولم تبعثوا معسرين (رواه مسلم)
“Hendaknya kalian bersikap memudahkan dan jangan menyulitkan. Hendaklah kalian menyampaikan kabar gembira dan jangan membuat mereka lari, karena sesungguhnya kalian diutus untuk memudahkan dan bukan untuk menyulitkan.”
Islam mengenal adanya dispensasi (rukhshah), yaitu kemudahan-kemudahan yang diperoleh karena adanya sebab-sebab tertentu. Contohnya : ketika berwudhu tidak ada air, maka boleh bertayamum.
5.      Tegas dan keras (al-syiddah)
Pada saat-saat tertentu, Nabi Saw menunjukkan sikap tegas dan keras. Sikap ini biasanya beliau perlihatkan dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah aqidah, hak Allah, dan dalam masalah dimana seorang shahabat-misalnya-masih mau melanggar larangan padahal ia sudah mengetahui hal itu.
6.      Tantangan dan ujian (al-tahaddiyat)
Dakwah dan tantangannya adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sudah menjadi kelaziman, bahwa dakwah akan selalu berhadapan dengan tantangan-tantangan, baik tantangan terhadap dakwah itu sendiri maupun tantangan terhadap pelaku dakwah.
7.      Ofensif dan aktif (hujumi wa fa’ali)
Ofensi berarti menyerang. Yakni dakwah bersifat menyerang karena pendakwah memulai dengan perbuatan lebih dulu. Dakwah juga bersifat aktif, karena ia merupakan upaya persuasif yang berusaha meyakinkan pihak lain agar mau mengikuti isi dakwah tersebut.
D.      Keberhasilan Dakwah Nabi SAW
Ketika Rasululloh wafat, jumlah shahabat yang beriman kepada ajaran beliau tidak kurang dari 114.000. jumlah tersebut didapatkan dalam masa tugas Nabi Saw yang kurang dari 23 tahun. Berarti setiap tahun ada 4.956 orang yang masuk islam, atau dalam sehari terdapat 13 orang yang masuk islam. Maka tidak heran apabila dakwah Nabi Saw memperoleh keberhasilan yang luar biasa.
Manakala ditelusuri perjalanan dakwah Nabi Saw, berikut pendekatan-pendekatan yang beliau tempuh dalam berdakwah, maka dapat disimpulkan bahwa ada faktor-faktor yang sangat menentukan keberhasilan dakwah beliau. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1.         Konsistensi dengan kode etik dakwah
2.         Uswah (keteladanan) Nabi
Sebaik-baiknya kalam adalah kalamullah (al-qur’an). Isi al-qur’an menjadi perilaku Nabi Saw dalam kehidupan nyata. Karenanya, ketika isteri Nabi Saw Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi, beliau menjawab, “Akhlak Nabi Saw adalah Al-Qur’an”. Artinya, apa yang terkandung dalam Al-Qur’an itu menjadi sikap dan perilaku Nabi Saw dalam kehidupan sehari-hari.
3.         Kecenderungan manusia untuk mencontoh
Ada teori yang menunjukkan bahwa sebenarnya manusia lebih cenderung mencontoh seseorang yang dianggap idolah bagi mereka, dari pada menerapkan ajaran yang termaktub dalam buku.
Masyarakat dapat diubah dengan sebuah keteladanan, sementara masyarakat tidak dapat diubah dengan sebuah buku tanpa adanya keteladanan.
4.         Pendekatan dakwah Alternatif
Pendekatan dakwah yang paling alternatif adalah pendekatan pendidikan (ta’lim) dan pendidikan Misi (bi’tsah).
Pada masa Nabi, para shahabat Nabi secara umum mendapatkan pendidikan secara langsung dari Nabi Saw. pendekatan Misi dapat dilihat ketika Nabi Saw mengirimkan tenaga dakwah pertama kali yaitu Mush’ab bin ‘Umair yang ditugaskan di Yatsrib (Madinah) sebelum Nabi hijrah ke kota tersebut.
5.         Nabi Saw bukan seorang Orator
Nabi Saw memang jago berpidato atau berkhutbah, namun beliau bukan seorang orator yang didengarkan banyak orang karena kepiawiannya dalam berpidato. Apabila para shahabat tekun mendengarkan khutbah beliau, maka hal itu bukanlah karena beliau seorang singa podium, nelainkan semata-mata karena beliau adalh Nabi dan Rosul.

Sumber:
Mustafa Yakub, Ali. 1997. SEJARAH DAN METODE DAKWAH NABI. Jakarta: PT Pustaka Firdaus

by: Lina Dwi Puryanti

Resensi Buku Sholawat Untuk Jiwa

RESENSI BUKU SHOLAWAT UNTUK JIWA
by: Lina Dwi Puryanti

Judul buku      : Shalawat untuk Jiwa
Penulis             : Rima Olivia, Psi
Penerbit           : Transmedia Pusaka
Kota Penerbit  : Jakarta
Tahun Terbit    : 2016
Tebal               : xx + 186 halaman, 14 x 20 cm
Isi buku           :
Secara garis besar, buku yang berjudul Shalawat untuk Jiwa berisi tentang manfaat psikologis bagi orang yang bershalawat secara rutin. Dalam buku tersebut juga terdapat uraian mengenai bagaimana cara bershalawat.
Terdapat istilah Psikologi Shalawat dalam buku tersebut. Dalam perjalanan sebagai seorang psikolog yang banyak berhubungan dengan pengembangan diri, penulis buku mengamati, shalawat memiliki daya ubah yang luarbiasa pada diri seseorang. Shalawat mengubah sudut pandang (point of view), cara berfikir (mindset), perilaku dan perasaan kita.
Ada beberapa point penting dalam buku tersebut mengenai manfaat bershalawat secara psikologis yaitu:
1.      Shalawat membahagiakan
Shalawat membawa efek perubahan mood. Pengulangannya, membuat jeda dengan tekanan pikiran yang kita alami. Sehingga kita tidak terkuasai oleh mood. Dalam mood yang lebih mampu dikendalikan, kesejahteraan emosi lebih mudah tercapai.
2.      Shalawat menenangkan
Orang yang rutin bershalawat akan mengalami kondisi medium trance dimana keadaan tersebut ditandai dengan halusinasi positif (contoh: seperti berada di suatu tempat tertentu) .
Shalawat juga termasuk latihan meditasi. Dalam latihan meditasi kita akan merasakan rasa nyaman sehingga ketenanganpun dapat dirasakan.
3.      Shalawat melepaskan kesedihan
Donald Hebb, bapak keilmuaan Neuropsikologi berkata, “neuron yang terpicu bersama akan terikat bersama”. Maka, pengulangan dalam pengucapan shalawat sangat penting dalam proses pelepasan emosi.
4.      Shalawat mengubah perilaku
Apa yang dipikirkan dan diyakini, berdampak secara nyata pada setiap sel dalam tubuh kita. Seperti yang dikatakan David Hamilton, Ph.D dalam buku Why Kindness is Good for you. Ada sesuatu yang bertangguangjawab terhadap perubahan perilaku dari perasaan dan pikiran.
5.      Shalawat ketika lupa
Shalawat sama saja latihan meditasi. Dalam latihan meditasi terjadi perubahan gelombang otak. Siegfried Othemer, Ph.D., pionir dalam biofeedback. Melaporkan bahwa dalam pelatihan mengubah gelombang otak, terjadi peningkatan pada kemampuan pemahaman bacaan, tugas-tugas yang berkaitan dengan ingatan dan kemampuan menangani logika.
6.      Shalawat menjadi lebih sehat
Dengan bershalawat dapat menyebabkan kita berfikir positif. Apa yang dipikirkan oleh jiwa berpengaruh pada seluruh anggota tubuh bagian luar, baik pada ekspresi wajah maupun gerakan tubuh.
Dr. Herbert Spencer dari Universitas Harvard yang dikutip dari Dr. Ibrahim Elfiky mengatakan bahwa jiwa dan tubuh saling melengkapi. Ia juga mengatakan bahwa lebih dari 90% penyakit tubuh disebabkan oleh jiwa.

Bahasa pengarang
Penulis menggunakan bahasa yang komunikatif sehaingga mudah dipahami oleh pembaca atau dengan kata lain pesan yang ingin disampaikan langsung dapat dipahami oleh pembaca. Selain itu penulis sering menggunakan istilah-istilah psikologi dalam tulisannya, sehingga dapat menambah wawasan kita.
Keunggulan buku    

Dinilai dari sisi isi buku : bagi orang yang masih ragu dengan shalawat, membaca buku tersebut bisa meyakinkan diri untuk bershalawat. Sehingga bisa mendorong orang tersebut untuk lebih bersemangat dalam bershalawat. Di dalam buku pada bagian terakhir juga dilengkapi pertanyaan yang biasanya dilontarkan oleh orang yang masih ragu dengan shalawat, pertanyaan juga dilengkapi dengan jawaban. Isi buku juga terdapat testimony orang bershalawat sehingga lebih meyakinkan pembaca. Pernyataan mengenai shalawat dilengkapi dengan dalil-dalil. Isi buku menerangkan juga mengenai bagaimana waktu yang tempat untuk bershalawat sehingga pembaca bisa langsung mempraktekan jika tertarik. Point-point penting dalam buku terdapat hasil-hasil penelitian yang dapat menambah keyakinan pembaca.
Dinilai dari bentuk buku : cover buku yang didesain dengan sederhana tetapi memiliki nilai seni yang tinggi menarik keinginan seseorang untuk membacanya. Ukuran buku yang sedang memudahkan pembaca untuk membawa buku tersebut kemana-mana, jadi bisa membaca dimanapun. Kertas yang digunakan adalah kertas coklat kekuning-kuningan sehingga enak dibaca karena tidak menyebabkan mata cepat lelah. Halaman pembatas yang terdapat kutipan penting dari isi buku serta gambar yang berseni menjadikan pembaca semakin tertarik untuk membacanya.

Kelemahan buku             
Dinilai dari isi buku: Penulis buku tidak menyertakan uraian mengenai bagaimana seharusnya shalawat yang baik dan tidak berlebihan. Bagi orang yang tidak percaya shalawat bisa menganggap isi buku alay karena isinya terlalu mengunggul-unggulkan shalawat.

Kesimpulan
Buku berjudul Shalawat untuk Jiwa layak untuk dibaca karena didalamnya tidak hanya memuat ilmu mengenai shalawat yang ditinjau dari sisi ibadah saja. Tetapi juga memuat aspek-aspek terapeutik dari shalawat. Tinjauan secara psikologis mengenai shalawat menjadi hal yang menarik karena dengan membaca buku tersebut kita bisa mengetahui ternyata shalawat mempunyai efek yang luarbiasa terhadap psikis seseorang seperti menimbulkan efek kebahagiaan dan ketenangan.



Psikopat dalam Pandangan Islam

PSIKOPAT
by: Lina Dwi Puryanti

Psikopat adalah adalah istilah yang digunakan untuk orang-orang yang secara kronik (terus menerus) menunjukkan perilaku immoral dan anti sosial. Perilaku psikopat biasanya menyangkut perilaku agresif, kriminal atau seksual (misalnya berkali-kali membunuh atau memperkosa orang), ada juga yang hanya terkait dengan perilaku sosial. Misalnya, bolak-balik meminjam uang tetangga atau teman tetapi tidak pernah dikembalikan sehingga keluarganya berkali-kali harus mengumpulkan dana untuk mengembalikan untang-utang itu, sementara yang bersangkutan terus saja berhutang lagi tanpa rasa bersalah (Sarwono, 2010: 265-267).
Psikopat adalah kelainan tingkah laku, khususnya berbentuk tingkahlaku yang anti sosial, yaitu tidak memperdulikan norma-norma sosial. Orang yang bersangkutan seolah-olah tidak mempunyai “hati nurani”, ia berbuat semaunya sendiri tanpa mempertimbangkan kepentingan orang lain. Dalam bentuk ekstrimnya seorang psikopat dapat menjadi pembunuh berdarah dingin atau penipu ulung (Ahmadi, 2003: 218-219).
Dalam kasus kriminal, psikopat dikenali sebagai pembunuh, pemerkosa dan koruptor. Namun, ini hanyalah 15-20 persen dari total psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik yang luarbiasa dan menyenangkan (http://id.wikipedia.org/wiki/Psikopat ).
Psikopat yang berkeliaran di luar sangat membahayakan orang-orang sekitar karena bisa jadi korbannya. Belum ada obat untuk psikopat sampai saat ini. Itulah yang menarik penulis untuk menganalisis kasus ini.
Dari beberapa sumber yang diperoleh penulis, ternyata islam membantah bahwa psikopat tidak bisa disembuhkan, dan tidak benar bahwa psikopat merupakan faktor genetik. Karena sesungguhnya manusia diciptakan Allah dalam bentuk sebaik-baiknya. Semagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur’an yang artinya:
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya” ( QS 95: 4)
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar, Dia membentuk rupamu dam dibaguskan-Nya rupamu itu” (QS 6: 3)
Membunuh manusia lain ataupun membunuh diri sendiri bukanlah kecenderungan alamiah manusia. Karena manusia mempunyai kecenderungan ingin hidup dan memelihara kehidupan. Jadi, kalau ada manusia yang mempunyai kecenderungan untuk membunuh orang lain atupun membunuh diri sendiri, yang paling mungkin terjadi adalah ada pengaruh lain yang begitu kuat dalam dirinya yang mampu mengambil alih kendali otaknya, sehingga dia bisa melakukan sesuatu yang sebenarnya bertentangan dengan hatinya. Jika kita memperhatikan pesan-pesan Allah dalam Al-Qur’an, kita akan temukan bahwa ada satu kelompok mahluk yang memiliki kecenderungan seperti itu. ”Ulaaaika hizbusyaiton” mereka itulah golongan syetan (yaitu iblis dan pengikut-pengikutnya dari golongan jin dan manusia).
Jadi menurut pandangan  islam, adanya psikopat karena adan pihak ketiga yaitu syetan. Maka solusi yang tepat untuk mengatasi Psikopat adalah dengan cara Ruqyah sesuai dengan petunjuk Qur’an yaitu mekanisme pembersihan jiwa dari pengaruh syetan dengan cara membacakan ayat-ayat Qur’an yang berisi ancaman terhadap syetan. Setelah itu, berikan kajian-kajian Islam yang mendekatkan diri kepada Allah. Solusi tersebut merupakan solusi pertama yang penulis kutip dari sumber http://kaffabuletin.wordpress.com .
Adapun solusi lain yang penulis temukan dari sumber lain yaitu dengan penerapan hukum pidana Islam. Dimana ketika seorang psikopat melakukan aksinya (berzina, pencurian, perampokan, pembunuhan atau penganiayaan) maka harus dihukum sesuai dengan hukum pidana islam yaitu:
1.      Berzina, maka seorang tersebut harus dicambuk sebanyak seratus kali dan disaksikan sekumpulan orang-orang beriman. Sebagaiman dalam firman Allah yang berarti “perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka deralah tiap-tiap orang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya sehingga mencegah kamu dari untuk menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman” (QS An-Nur: 21).
2.      Tindak pidana pencurian,  maka orang tersebut harus dipotong tangannya. Seperti dalam firman Allah yang artinya “laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah tangan keduannya sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah maha Perkasa lagi maha Bijaksana” (QS Al-Maidah: 38).
3.      Perampokan, ketentuan Al-Qur’an tentang hukuman bagi pelaku perampokan sangatlah keras. Sebagaimana dalam QS Al-Maidah ayat 33 sebagai ayat yang melandasi hukum pidana perampokan yang artinya “sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka itu  dibunuh atau di salib atau dipotong tangan dan kakinya dengan bertimbal balik, atau diduang dari negeri tempat kediamannya. Yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat siksa yang besar”.
4.      Pembunuhan dan penganiayaan, dalam ketentuan hukuman untuk pembunuhan dan penganiayaan apabila pihak keluarga sudah memaafkan perbuatan tersebut, maka si pembunuh akan bebas dari balasan hukuman mati. Dalam QS Al-Baqarah ayat 178 ditulis ketentuan sebagai berikut: “hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah yang diberi maaf membayar diyat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baiki pula. Yang demikian iyu adalah suatu keringanan dari Tuhanmu dan  suatu rahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu maka baginya siksa yang sangat pedih.

Daftar Pustaka:
Ancok, Djalaludin & Nashori Suroso, Fuat. 2011. Psikologi Islam: Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
W. Sarwono, Sarlito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Ahmad, Abu. 2003. PSIKOLOGI UMUM. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
Renaldi, Masnawi. 2008. Psikopat DI DEKAT ANDA. .....: Kata Buku